Kamis, 21 April 2011
Secuil Tentang Tafwidl menurut Ulama Salaf BUKAN Salafy (wahhabi)
dari catatan facebook Kang As'ad (Santri Cilik)
قال أحمد بن نصر: سألت سفيان بن عيينة (198 هـ) قلت
"يا أبا محمد أريد أسألك"، قال : "لا تسأل"،
قلت: "إذا لم أسألك فمن أسأل"، قال: "سل."
قلت: "ما تقول في هذه الأحاديث التي رويت نحو : القلوب بين أصبعين، وأن الله يضحك أو يعجب ممن يذكره في الأسواق؟"
فقال: «أمروها كما جاءت بلا كيف» مراسيل أبي داود، باب صلاة التطوع؛ والصفات للدارقطني (ص71) سنده صحيح.
Ahmad bin Nashr berkata;
Saya berkata kepada Sufyan bin Uyainah, “wahai Abu Muhammad, saya ingin bertanya kepadamu”,
Beliau (Sufyan bin Uyyainah) menjawab; “Jangan bertanya padaku!!”.
Kemudian saya berkata; “ Jika tidak bertanya kepadamau, kepada siapa lagi saya harus bertanya??”.
Beliau (Sufyan bin Uyyainah) berkata; “Oke…kalo begitu bertanyalah”.
Saya berkata; “Apa pendapatmu tentang hadits-hadits yang telah diriwayatkan dari Nabi seperti; (القلوب بين أصبعين) dan (وأن الله يضحك أو يعجب ممن يذكره في الأسواق) ???”.
Beliau (Sufyan bin Uyyainah) menjawab; “Biarkanlah masalah hadits-hadits tersebut seperti apa adanya dengan tanpa bagaimana”. (mendiamkannya)
(Dari Kitab Marasil Abi Dawud Bab Shalat al-Tathawwu’ dan kitab Ash-Shifat oleh Imam Ad-Daruquthni hlm 71 dengan Sanad yang shahih).
وقال في رواية: «كل شيء وصف الله به نفسه في القرآن فقراءته تفسيره لا كيف ولا مثل » (كتاب الصفات للدارقطني (ص70)؛ شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة للالكائي (ج3 ص431(
Imam Sufyan bin Uyainah berkata dalam riwayat lain: “Setiap sifat apapun yang Allah telah mensifati pada Dzat-Nya sendiri dengan sifat tersebut di dalam al-Qur’an, maka cara membacanya adalah tafsirnya (tidak usah diterjemahkan) tanpa bagaimana dan tanpa perumpamaan”. (Kitab Ash-Shifat oleh Imam Ad-Daruquthni hlm 70 dan Syarh Ushul I’tiqad Ahl As-Sunnah wa Al-Jama’ah oleh syaikh Lalakai juz 4 hlm 431).
Biografi Sufyan bin Uyainah:
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah bin Maimun al-Hilali al-Kufi. Ia sempat bertemu dengan 87 tabi’in dan mendengar hadits dari 70 orang diantara mereka. Yang paling terkenal diantaranya adalah Ja’far ash-Shadiq, Humaid ath-Thawil, Abdullah bin Dinar, Abu az-Zinad dan Shalih bin Kaisan.
Murid-muridnya yang meriwayatkan hadits darinya antara lain: Al-A’masi, Mis’ar bin Kidam, Abdullah bin Mubarak, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, dan Ali bin Madini.
Pada tahun 163 H ia pindah dari Kufah ke Makkah, ia menetap di kota ini mengajar hadits dan al-Quran kepada orang orang Hijaz sampai dengan wafatnya.
Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata mengenai dirinya: “Dia (sufyan bin Uyainah) seorang yang Tsiqah, Hafidz, dan seorang yang ahli fiqh, boleh jadi dia melakukan Tadlis tetapi dari orang-orang yang terpercaya”.
Beliau meriwayatkan hadits sekitar 7.000 hadits, Imam Syafi’I memberikan kesaksian atas keilmuannya: “Andaikata tidak ada Malik dan Ibnu Uyainah, niscaya hilang ilmu Hijaz”.
Beliau wafat pada tahun 198 H di Makkah dalam usia 91 tahun.
Lihat Tadzikirat al-Huffad karya Adz Dzahabi 1/242 dan al-I’tidal karya adz Dzahabi 1/379
Peringatan Ulama’berkaitan dengan ayat-ayat Mutasyabihat.
يقول السبكي رحمه الله تعالى في "طبقات الشافعية الكبرى" (5/191-192(
" والقول بالإمرار مع اعتقاد التنزيه هو المعزو إلى السلف ... إنما المصيبة الكبرى والداهية الدهياء الإيراد على الظاهر، والاعتقاد أنه المراد، وأنه يستحيل على الباري، فذلك قول المجسمة عُبّاد الوثَن، الذين في قلوبهم زَيْغ يحملهم الزيغُ على اتباع المتشابه، وابتغاء الفتنة، عليهم لعائن الله تترى، واحدة بعد أخرى، وما أجرأهم على الكذب، وأقلَّ فهمهم للحقائق"اهـ
Imam As-Subki rahimahullah berkata dalam kitab Thobaqot Asy-Syafi’iyyah al-Kubra juz 5 hlm 191-192:
Pernyataan tentang pemberlakuan apa adanya disertai dengan I’tiqad Tanzih (penyucian dalam hati) itu adalah pernyataan yang dinisbahkan kepada Salaf…tetapi termasuk Musibah dan balak yang besar adalah memaknai (ayat mutasyabihat) dengan sesuai dzohirnya dan meyakini itulah pengertiannya (makna dari ayat mutasyabihat). Sungguh makna dzohir tersebut adalah mustahil atas Dzat Pencipta, pernyataan itu (sesuai dzohirnya) adalah pernyataan kaum Mujassimah penyembah berhala, yang dihatinya ada kecondongan pada kesesatan dengan mengikuti ayat mutasyabihat dan mengharapkan fitnah….semoga laknat Allah menimpa mereka satu demi satu. Apa yang mereka berlakukan adalah bersandar pada kebohongan dan sempitnya pemahaman atas hakekat.
ويقول ابن حجر العسقلاني رحمه الله تعالى في "فتح الباري" (13/432
"فمن أجرى الكلام على ظاهره أفضى به الأمر إلى التجسيم ومن لم يتضح له وعلم أن الله منزهٌ عن الذي يقتضيه ظاهرها إما أن يُكَذِّب نقلتها وإما أن يُؤَوِّلها" اهـ
Imam Ibnu Hajar al-Asqolani berkata dalam Fath al-Bari juz 13 hlm 432:
Barangsiapa yang memberlakukan ayat-ayat mutasyabihat sesuai dengan dzohirnya, maka akan mengarah pada penjisiman. Dan barangsiapa yang tidak mengerti terhadap ayat-ayat mutasyabihat dan mengetahui bahwasanya Allah Suci dari makna dzohirnya (ayat2 mutasyabihat), adakalanya orang tersebut tertipu dengan riwayat yang dia nukil dan adakalanya karena dia suka mentakwilnya (dengan tanpa ilmu).
ويقول الشهرستاني رحمه الله تعالى في "الملل والنحل" (ص92
" ثم إن جماعة من المتأخرين زادوا على ما قاله السلف فقالوا : لابد من إجرائها على ظاهرها ، فوقعوا في التشبيه الصرف وذلك على خلاف ما اعتقد السلف " اهـ
Imam Asy-Syahrastani rahimahullah berkata dalam kitab al-Milal wa an-Nihal hlm 92:
Kemudian golongan yang datang kemudian menambahi atas apa yang telah disampaikan oleh Ulama salaf (tetang tafwidl), mereka mengatkan: “ayat-ayat mutasyabihat harus diberlakukan atas makna dzohirnya”.
Maka dengan sebab penambahan tersebut, mereka telah terperosok pada Tasybih (penyerupaan), dan hal itulah yang telah menyelisihi pemahaman Ulama’ Salaf.
قال الكوثري رحمه الله تعالى :بعد كلام على ( الظاهر
"وقد يطلق الظاهر بمعنى المستفيض المشهور , وهو مراد من يقول من أهل السنة [ بإجراء أخبار الصفات على ظاهرها ] حيث يريد إجراء اللفظ المستفيض عن النبي صلى الله عليه وسلم في صفات الله على اللسان .. وهذا المعنى هو المراد في قول الفقهاء [ هذا ظاهر الرواية ] يعنون أنه المروي عن صاحب المذهب بطريق الاستفاضة والشهرة " تعليق على "السيف الصقيل" (ص/156)
Al-Allamah al-Kautsari rahimahullah dalam Ta’liqnya atas kitab As-Saif Ash-Shaqil
Pemuthlakan (tidak diperinci) atas dzohir lafadz terkadang yang dimaksudkan adalah Tafwidl (penyerahan makna kepada Allah) yang sudah masyhur, ini adalah maksud ucapan seseoarang dari kalangan Ahli Sunnah wa al-Jama’ah yaitu {Memberlakukan khabar2 yang berkaitan tentang Shifat-shifat Allah atas dzohirnya}, yang dimaksudkan adalah pemberlakuan atas redaksi yang diserahkan maknanya pada Allah Ta’ala yang berasal dari Nabi atas lisan saja....dan inilah makna yang dimaksudkan oleh Fuqaha’ dengan istilah Dzohir ar-Riwayah. Maksudnya, Fuqaha mengakui bahwa redaksi ini adalah benar diriwayatkan dari sang pemilik jalan (Nabi) yang diberlakukan dengan cara diserahkan maknanya pada Allah yang sudah masyhur (dalam kalangan Salaf).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar