Kamis, 28 April 2011

Hemat Pangkal Kaya Rajin Pangkal Pandai


Hemat Pangkal Kaya Rajin Pangkal Pandai. Yes, inilah kata bijak yang semua kita sudah faham betul maksudnya, namun tidak sangat banyak diantara kita yang benar-benar hemat dan benar-benar rajin. Dengan demikian lebih banyak pula kita yang belum kaya dan belum pandai pada bidang yang sebenarnya kita ingin. Selain itu yang perlu diingat adalah bahwa Hemat itu baru pangkalnya saja untuk kaya, dan Rajin itu pun baru pangkalnya saja agar pandai. Kita perlu berhemat dan rajin dalam arti yang lebih luas. Yuk kita kerjakan!, hehe..

JANGAN MENJADI LILIN

“Jadilah lilin… yang membakar diri untuk menerangi… berkorban diri demi kebaikan orang lain!” itulah ungkapan ‘indah’ yang sering disebut orang kita.
Guru umpama lilin.
Kekasih umpama lilin.
Dan pelbagai siri lilin yang lain, terbakar diri untuk memberi.
Simbol pengorbanan.
LIKU DAKWAH
Dakwah adalah jalan yang penuh liku. Dari ujian kesusahan, hinggalah kepada ujian kesenangan malah kejemuan. Dakwah adalah wasilah Tarbiyah yang ertinya pada seni membentuk manusia. Tatkala usaha itu bersabit dengan manusia, banyaklah sakitnya berurusan dengan manusia.
Semuanya ditempuh oleh pendakwah, demi matlamat Tarbiyah yang dijunjungnya, pada seni membentuk manusia.
“Seorang mukmin yang bergaul dengan orang ramai serta bersabar dengan kesakitan akibat pergaulan dengan mereka itu, adalah lebih baik dari seorang mukmin yang tidak bergaul dengan orang ramai serta tidak bersabar atas kesakitan akibat pergaulan itu”
Justeru kesakitan yang dialami oleh pendakwah adalah pada menggauli manusia, sebelum kesakitan berbentuk ujian yang datang dan pergi pada tabiat jalan dakwah.
Dakwah itu perjuangan. Perjuangan seiringan dengan pengorbanan.
JANGAN JADI LILIN YANG TERBAKAR
Dakwah boleh menyinar segar kehidupan manusia yang diseru, mengeluarkan manusia dari gelap kepada cahaya. Jalannya payah dan perlukan sabar, ketika sabar itu digelar Nabi SAW sebagai sinar mentari. Sumber kebaikan, sumber kehidupan, namun sinar hanya datang dari bakaran yang bukan sebarangan.
“… dan sabar itu adalah sinar”
Jika dakwah itu membawa sinar, maka sinar itu jugalah yang perlu dijaga. Usaha menyinari manusia dan alam, terlalu mudah membakar diri orang yang menyerunya sendiri. Manusia penyeru boleh terbakar bukan kerana berkorban, tetapi terkorban kerana hilang kepedulian terhadap tuntutan ke atas diri sendiri. Mengajak orang kepada kebaikan, tetapi membiarkan diri musnah tanpa kebaikan yang sama.
“Pendakwah seperti lilin”… mungkin bukan perumpaan yang hikmah.
Ingatlah pesan Nabi Sallallaahu ‘alayhi wa sallam, agar jangan sewenang-wenangnya kita mahu menjadi lilin:
“Perumpamaan orang yang mengajar orang ramai kebaikan tetapi melupakan dirinya sendiri adalah seperti lilin yang memberikan cahaya ke atas orang lain dan (dalam masa yang sama) membiarkan dirinya terbakar”
Lilin itu menyinar. Tetapi sinarnya hasil terbakar diri. Ia menghasilkan manfaat buat orang lain, tetapi membiarkan diri binasa. Ia membekalkan kebaikan yang dimanfaatkan oleh semua orang kecuali dirinya sendiri. Manusia lain mendapat kebaikan darinya, tetapi dirinya sendiri hancur binasa.
Lilin tidak sedar ketika sibuk menghasilkan cahaya, dirinya sendiri menuju gelita, fana’ dan binasa.
JADILAH LAMPU PELITA YANG MENYINAR
Justeru Baginda Sallallaahu ‘alayhi wa sallam berpesan dengan pesanan yang menampakkan ketelitian pada bicara dan makna, lantas bersabda:
“Perumpamaan seorang yang berilmu yang mengajarkan kebaikan kepada orang ramai, dan melupakan (kepentingan-kepentingan) dirinya adalah seperti lampu pelita yang memberikan cahaya untuk manusia dan membakar dirinya”
Harusnya pendakwah dan pendidik itu jadi pelita.
Gelaran Nabi Sallallaahu ‘alayhi wa sallam kepada mereka adalah si ALIM, bukan sekadar seorang manusia. ALIM itu sandarannya ilmu. Tahu ilmu mendidik orang, tahu ilmu mendidik diri.
Perumpamaan yang baik itu ditujukan kepada seorang alim yang muallim. Seorang yang bukan sekadar tahu-tahu kemudian menyibukkan diri memberitahu, lalu mudah alpa ke atas diri sendiri. Sesungguhnya manusia seperti inilah yang sering menjadi lilin.
Akan tetapi lampu pelita menyinarkan cahaya untuk orang lain, dengan apa yang ada pada dirinya. Dirinya diberikan hak seperti yang sepatutnya, agar boleh terus bekerja dan berusaha. Ilmunya, masanya, tenaganya, semua ini menghasilkan sinar. Yang dikorbankan adalah kepentingan-kepentingan diri yang merugikan, bukannya terkorban diri kerana sibuk memberi. Terbakar itu adalah pengorbanan diri dan bukannya mangsa korban diri,
Merekalah manusia yang hidupnya dengan ilmu itu adalah untuk memberi, hidup bukan untuk diri sendiri.
PESANAN BUAT LILIN
Justeru bagi sekalian yang alpa menjadi lilin, janganlah dirimu terang sebatang hanya sepetang. Engkau harus berusaha menjadi lampu yang sentiasa mengisi diri dengan bahan bakar untuk terus bercahaya. Terbakarnya berterusan menghasilkan kebaikan, dan terus menerus berkorban, bukannya tamat kerana mangsa korban… korban sendiri yang alpa terhadap diri.
Manusia yang tidak memiliki, adalah manusia yang alpa diri, tidaklah dia mampu hidup memberi.
Banyakkan usaha mencari, sebanyak cita-citamu untuk memberi.

Hari ini Hidupku Harus Berharga dan Berguna. Tidak Perlu Menunggu Orang Lain Membuatnya Berharga Untukku

 “Dia Bisa, Apalagi Saya.”Terdengar seperti kata-kata inspirasional biasa. Padahal kalimat ini kalau diucapkan terus-menerus, terutama di saat sedang tidak percaya diri akan menguatkan Anda. Ucapkan kalimat ini sambil melirik orang yang Anda (diam-diam) kagumi prestasinya. Jangan melirik orang yang sangat luar biasa, karena hati kecil Anda akan menolak. Memandang orang lain secara setara, akan membuat And diliputi perasaan terbebas dari inferioritas.
“Sabar… Orang Sabar Disayang Tuhan.”Setiap orang selalu berhadapan dengan masalah. Masalah bisa datang karena Anda atau berasal dari orang lain bahkan dari suatu ‘ketidakberuntungan’. Misalnya, ketika Anda akan ke kantor, ban motor Anda bocor di jalan, kemudian sebelum sampai kantor hujan turun dengan derasnya, sesampainya di kantor atasan marah-marah tidak mau tahu masalah yang Anda hadapi, bertemu dengan rekan kerja yang tidak munyukai Anda, merupakan sebagian kecil masalah yang mungkin pernah Anda hadapi. Jangan cepat BT dan menganggap diri Anda selalu tidak beruntung, karena hal ini akan menyebabkan Anda menjadi suram, namun katakan pada diri Anda bahwa “Ini hanya sekedar ujian kesabaran dari Tuhan.” Jadi kuncinya adalah “Sabar…Orang Sabar disayang Tuhan, masih untung saya bisa selamat sampai di rumah, dan bersenang-senang dengan keluarga kembali”
“Hari ini Hidupku Harus Berharga dan Berguna. Tidak Perlu Menunggu Orang Lain Membuatnya Berharga Untukku.”Orang sering lupa bahwa setiap detik hidup adalah waktu yang tidak kembali. Oleh karenanya, harganya sangat mahal. Anda bisa membuat hari Anda indah, berharga, bersama orang-orang yang tidak menyenangkan sekalipun. Jangan tunggu ‘kebaikan hati’ orang lain yang membuat hari Anda indah. Mana ada sih dunia yang isinya orang-orang yang asyik semua, pekerjaan yang menyenangkan semua? Tapi itu bisa terjadi kalau Anda mengusahakannya
prcaya diri
Satu-satunya orang yang bisa membuat diri Anda nyaman adalah Anda sendiri. Pikiran Anda. Perlakukan diri Anda dengan baik. Yakinlah bahwa Anda punya kemampuan, Anda adalah orang yang menyenangkan dan Anda pun bisa stylish dan menarik! Lakukan sesuatu dan percayalah, Anda bisa lebih dari bayangan Anda saat ini.


Senin, 25 April 2011

Apa Kita Terjangkit Penyakit Sombong?

Lawan rendah hati adalah sifat sombong. Tentang kesombongan, ditegaskan oleh Allah SWT dalam sebuah hadits qudsi :

الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِ، وَالْعَظَمَةُ ِإزَاِريْ، فَمَنْ نَازَعَنِيْ ِفيْهِمَا قَََصَمْـتُهُ وَلاَ أُبَالِيْ

Kesombongan adalah selendang-Ku, keagungan adalah sarung-Ku. Siapa melepaskan kedua pakaian itu dari-Ku, maka Aku akan membinasakannya dan tidak akan Aku berikan rahmat kepadanya. (HR Muslim)

Syaikh az-Zarnuji memberi nasihat kepada kita agar menjauhi sifat sombong dalam sebuah syair yang tercantum dalam kitab karya beliau, yaitu “Ta‘lîm al-Muta‘allim” :

وَالْكِبْرِيَاءُ لِرَبِّـنَا صِـفَةٌ بِهِ * مَخْصُوْصَةٌ فَتَجَـنَّبْـنَهَا وَاتَّقِى

Kesombongan adalah satu sifat yang dimiliki Tuhan kita
Maka jauhilah sifat itu dan takutlah ( jagalah) dirimu

Mengapa terkadang bahkan seringkali kita sombong? Kenapa setan berhasil menanamkan sifat itu pada diri kita? Biasanya kita akan menyombongkan diri karena kelebihan yang kita miliki. Namun, adakalanya kita bersikap sombong justru untuk menutupi kekurangan kita. Banyak orang berkata,

“Sudah miskin, sombong pula.”
“Tak punya ilmu tapi lagaknya seperti ahli hadits.”
“Air beriak tanda tak dalam.”
“Tong kosong memang berbunyi nyaring.”

Banyak lagi ungkapan yang menunjukkan kesombongan. Kesombongan sebenarnya tak mempunyai kelebihan sedikit pun. Satu-satunya kelebihan yang dimiliki hanyalah sifat sombong itu sendiri. Dan, sungguh, itu sebuah kerugian.

Berikut ini penulis uraikan hal-hal yang bisa membuat diri kita menjadi sombong. Dengan mengetahuinya, maka kita bisa memohon kepada Allah agar terhindar dari sifat ini. Semoga Allah menjauhkan diri kita dari sifat sombong dan memelihara kita dengan sifat tawadhu‘, amin.
a. Harta
Harta bisa menjadikan diri kita merasa bangga yang berlebihan terhadap diri sendiri. Harta juga yang membuat kita pamer kepada orang lain, khususnya kepada orang yang tidak sekaya kita, apalagi terhadap orang-orang miskin.

Mungkin kita akan berkata, “Saya berhak sombong karena harta saya melimpah-ruah. Kekayaan saya dimakan 7 (tujuh) turunan juga tidak akan habis. Mulai dari anak, putu (bahasa Jawa, artinya cucu), buyut (cicit), canggah (piut), wareng (anggas), udeg-udeg (piut-miut) dan gantung siwur (keturunan ketujuh).”

Dalam Al-Qur’an al-Karim, Allah membuat perumpamaan orang sombong karena kekayaan kebun yang dimiliki.

Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.

Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikit pun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,

dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.”
(QS al-Kahfi [18] : 32-34)

Pertanyaannya adalah, “Apakah kita memang berhak sombong karena harta segunung?”
Ada sebuah kisah yang akan mengingatkan kita bahwa harta kekayaan yang kita miliki nilainya sangat sedikit. Pada suatu malam Khalifah Harun ar-Rasyid sedang gelisah, kemudian beliau meminta pengawalnya untuk mengundang seorang ulama ahli hikmah. Sesampai di istana, ulama tersebut disuguhi hidangan dan minuman air putih. Singkat cerita, terjadilah percakapan antara khalifah dengan sang ulama. Harun berkata,

“Kyai, saat ini saya sedang gelisah. Mohon nasihat dari Kyai agar pikiran saya tenang, hati pun tidak resah. Saya ingin mengaji.”

“Baginda, sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas jamuan ini. Kalau boleh, saya ingin bertanya,” kata sang ulama.
“Silakan, Kyai.”
“Begini, Baginda. Harga segelas air putih ini berapa ya?”

“Saya kira mau bertanya apa, Kyai. Harga segelas air putih itu murah sekali, hanya beberapa dirham. Kalau Kyai mau, nanti saya kirim berbotol-botol ke rumah Kyai. Bila perlu, sebanyak air di kolam istana.”
Sang ulama tersenyum tulus mendengar tawaran Harun ar-Rasyid. Baginya, senyum adalah ibadah, sebagaimana dicontohkan sang teladan mulia, Nabi Muhammad saw. Selanjutnya, ulama itu pun menjawab,
“Terima kasih atas kemurahan hati, Baginda. Kalau diperkenankan saya ingin bertanya lagi. Misalnya saja musim ini musim kemarau yang sangat panjang, sehingga kerajaan ini dan kerajaan-kerajaan lain kekeringan—hanya tersisa satu gelas air ini saja yang bisa diminum. Kira-kira, Baginda mau membeli segelas air ini dengan harga berapa?” lanjut sang ulama.
Suasana hening sejenak. Harun ar-Rasyid mengerutkan keningnya untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan sang ulama—pertanyaan yang baginya sungguh aneh. Namun, dia percaya tidak mungkin sang ulama akan sembarangan bertanya, pasti ada hikmah di balik itu semua. Lalu sang Khalifah pun menjawab dengan mantap,
“Kyai, kalau memang itu terjadi, maka berdasarkan fiqh bahwa mempertahankan hidup hukumnya wajib, saya akan membeli segelas air putih itu dengan seluruh kerajaan saya beserta isinya. Harta bisa dicari Kyai, asalkan kita masih hidup.”
Sang ulama mengangguk pelan tanpa suara, menunjukkan dia benar-benar mengerti bahwa Harun bersungguh-sungguh dengan jawabannya. Dengan suara yang begitu tenang dan lembut, sang ulama melanjutkan nasihatnya,
“Begitu ya, Baginda. Kalau memang itu yang akan Baginda lakukan; maka ingatlah, ternyata seluruh harta kekayaan Baginda—kerajaaan beserta isinya—hanya seharga segelas air putih ini. Betapa Allah Maha Kaya, sedangkan kita makhluk yang fakir.”
Suasana kembali hening, kali ini lebih lama dari sebelumnya. Tiba-tiba, air mata menetes membasahi pipi Khalifah Harun ar-Rasyid. Sambil menangis, sang Khalifah berkata ,
“Kyai... Terima kasih atas nasihat bijaknya.”
Kisah di atas juga tercantum di buku tulisan Dr. ‘Aidh al-Qarni yang berjudul “Nikmatnya Hidangan Al-Qur’an (‘Alâ Mâidati Al-Qur’an)”, dengan versi yang berbeda namun intinya sama. Wallâhu a‘lam bish-shawâb. Seorang ulama bertanya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid,

“Jika engkau tidak diizinkan Allah untuk meminum seteguk air-Nya, dapatkah kiranya engkau menebusnya dengan kekayaan dari kerajaanmu?”
“Demi Allah, tidak!” jawab Harun.
“Wahai Harun, dapatkah engkau menebus air yang telah engkau keluarkan dengan setengah perbendaharan kerajaanmu?”
Maksud air yang telah dikeluarkan adalah keringat, air seni dan sejenisnya. Bila Harun ar-Rasyid tidak bisa berkeringat, buang air kecil dan meneteskan air mata, apakah bisa ditukar dengan setengah perbendarahaan kerajaannya? Mendengar pertanyaan itu, Harun sadar bahwa apa yang dia miliki hanya sedikit saja. Dengan keyakinan mantap, Harun menjawab,
“Tidak, demi Allah. Kerajaan yang nilainya tidak lebih banyak dari seteguk air, bukanlah kerajaan yang sesungguhnya.”
Dari cerita tersebut, tidakkah kita sadar bahwa kita ini fakir? Apakah layak kalau kita sombong karena harta yang kita miliki?
Barangkali kita akan berkilah, “Ah, itu kan misalnya, hanya sebuah cerita; kalau musim kemarau berkepanjangan sehingga semua negara kekeringan. Itu dogma, tidak akan terjadi, apalagi di Indonesia. Di negara kita, air melimpah, banyak perusahaan AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), bahkan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) pun masih aman-aman saja.”
Kalau memang itu argumentasi kita, apakah kita tidak tahu bahwa Allah Maha Kuasa (Al-Qâdir) untuk mengembalikan kita seperti bayi lagi yang tidak punya harta sesen pun, dan itu bisa terjadi dalam hitungan detik sebagaimana Qarun dan seluruh hartanya? Tidak ingatkah kita bagaimana tsunami di Aceh telah meluluh-lantakkan semua bangunan? Apa kita lupa bagaimana gempa yang terjadi di nusantara serta belahan lain bumi ini telah meratakan semua rumah dan gedung? Harta yang kita kumpulkan bertahun-tahun, langsung lenyap dalam sekejap.

Mungkin kita masih menampik fakta tersebut dengan berkata, “Itu kan memang daerah rawan. Rumah saya di daerah aman, tidak akan ada tsunami atau gempa. Jadi tidak perlu kuatir.”

Kalau memang itu dalil kita, lupakah kita bahwa setiap musim liburan/lebaran, ada saja rumah, kompleks pertokoan atau pasar yang terbakar; dengan penyebab klasik, yaitu listrik korslet (hubungan arus singkat)? Padahal sudah ada pengaman listrik seperti sekering dan MCB (Mini Circuit Breaker)? Bukankah sudah kita lihat bersama-sama bagaimana banjir melanda berbagai wilayah negeri ini termasuk kota besar seperti Jakarta? Dalih apa lagi yang akan kita ajukan?
Bermegah-megahan dalam harta dan segala yang bersifat kebendaan bisa melalaikan kita akan pertemuan yang pasti di hari yang dijanjikan. Terlalu sibuk dalam sarana dan melupakan tujuan utama adalah suatu kebangkrutan. Bermegah-megahan dalam harta berarti usaha memperkaya diri dengan mengumpulkan dan menimbun kekayaan materi untuk dinikmati, tetapi tidak dinafkahkan sesuai hak dan kewajiban. Dengan demikian, itu justru berarti kemelaratan yang menyibukkan. Umur habis untuk mencari tetapi hakikatnya tanpa hasil.
Siapa yang mendahulukan bentuk daripada isi, mendahulukan kulit luar daripada niat dan tujuan utama, mendahulukan dunia daripada akhirat, dan mendahulukan makhluk daripada Khaliq adalah seorang hamba yang sesat jalan dan buruk nasibnya di akhirat kelak.
Sudah lupakah kita bahwa seluruh nikmat yang kita terima adalah anugerah Allah? Apakah kita mengira bahwa nikmat itu akan kekal selamanya? Apakah kita tidak memperhatikan firman Allah bahwa yang berhak sombong hanyalah Beliau Yang Maha Memiliki Kebesaran (Al-Mutakabbir)? Kalau kita mengenakan pakaian kesombongan, bukankah itu berarti kita menantang Allah? Tidakkah itu mengandung maksud bahwa kita memproklamirkan diri sebagai tuhan? Kalau sudah begitu, siapakah yang sanggup melawan Allah, Penguasa Alam Semesta (Mâlik Al-Mulk), Raja Diraja (Al-Malik) dengan semua ke-Mahagagahan dan ke-Mahaperkasaan-Nya? Wal ‘iyâdzu billâh.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda :

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْـقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Tidaklah masuk surga seseorang yang di hatinya terdapat kesombongan sebesar dzarrah (atom). (HR Bukhari)
Menyadari kefakiran kita, marilah kita bersama-sama bermunajat kepada Allah :

اللَّهُمَّ لاَمَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ رَاۤدَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Ya Allah, tiada yang dapat mencegah apa yang Engkau anugerahkan, tiada juga yang memberi apa yang Engkau cegah, tiada pula yang dapat menolak apa yang Engkau tetapkan. Tidak berguna dan tidak pula dapat menyelamatkan seseorang dari kekayaan, kedudukan, anak, pengikut dan kekuasaannya. Yang menyelamatkan dan berguna baginya hanyalah anugerah dan rahmat-Mu.

Minggu, 24 April 2011

Rahsia Cinta Sejati

Kebahagiaan Cinta Yang Abadi Selamanya..

Tentang Lelaki Idaman Wanita

Apakah ciri-ciri lelaki idaman wanita? Saya cukup pasti setiap wanita secara individu mesti ada ciri-ciri khusus tentang lelaki idamannya dan ciri-ciri itu pula hampir tidak banyak bezanya jika dibandingkan dengan wanita lain secara keseluruhan.

Okay, ciri yang biasanya bagi wanita tentang lelaki idaman mereka ialah:

Beriman(bagi mereka yang beragama Islam), romantik, pembersih, bijak atau berilmu, mempunyai pendapatan tetap atau stabil, kelakar atau lucu, tak kedekut, “handsome”, sihat, peramah, menghormati orang tua dan keluarga, boleh/mampu memimpin wanita, tak cemburu buta, tak mengongkong, dan banyak lagilah.

Namun, seperti biasalah, bila dah dapat lelaki idaman yang memenuhi ciri-ciri diidamkan dan menjalinkan perhubungan cinta, tiba pada tahap tertentu dalam perhubungan masalah timbul. Di awal perhubungan semuanya indah, semakin hubungan berkembang dan masa berlalu konflik pasti akan wujud. Di sinilah masalah bermula.

Ingat ya, “ Perhubungan yang sebenar hanya bermula selepas berlakunya konflik di antara pasangan”. Konflik “pertama” yang terjadi di dalam perhubungan anda itu, dan juga seterusnya boleh dijadikan ukuran adakah pasangan anda itu adalah lelaki idaman anda.

Macamana tu? Okay, nak tahu adakah lelaki idaman anda tu benar-benar lelaki idaman ialah anda perhatikan semasa dia tengah marah. Marah tu bukanlah marah biasa-biasa saja tapi sesuatu perkara yang memang membuatkan dia marah sehingga nampak macam nak meletup. Pada masa itulah anda boleh lihat cara dia menguruskan emosinya. Pada masa itulah anda dapat lihat adakah dia mampu mengawal dirinya dan cara dia menguruskan keadaan.

Adakah dia terus merajuk? Terus tidak mahu bercakap dengan anda berjam-jam atau berhari-hari lamanya?

Adakah dia memaki hamun anda dan mengeluarkan perkataan kasar yang anda tidak langsung terfikir akan keluar dari mulutnya terhadap anda?

Adakah dia akan terus mengamuk, memaki-hamun, menendang apa yang ada di sekelilingnya, dan tidak cukup dengan itu, mengherdik dan mengugut anda, atau mungkin juga menampar, menumbuk, dan mencederakan fizikal anda? (ramai wanita merasai pengalaman seperti ini bersama “lelaki idaman” mereka).

Atau, dia sedar dia marah, dan cuba sedaya upaya “cool”kan dirinya. Dia dapat mengawal diri dengan baik walaupun anda sedar dia memang tengah “mendidih”. Kemudian dia akan cuba menyelesaikan masalah dengan sebaik mungkin. Mungkin juga dia minta masa untuk dirinya bersendiri buat seketika sebelum menyambung kembali komunikasi dengan anda untuk menyelesaikan konflik. Walaupun dia ambil masa sikit untuk menangani konflik yang berlaku, namun tindakannya membuatkan anda rasa selamat.

Ya, saya kata “selamat”. Apa yang sebenarnya membuatkan seseorang lelaki itu menarik, ialah dia berkeupayaan untuk membuatkan pasangannya berasa selamat. Bila digabungkan iaitu dia mampu membuatkan anda berasa selamat dan juga istimewa, maka dia bukan sahaja lelaki idaman anda, malah lelaki idaman semua wanita!

Adalah mudah bagi lelaki untuk membuatkan wanita rasa dihargai dan “special”. Tetapi tidak mudah bagi semua lelaki untuk melayan wanita/pasangannya dengan baik, dengan “beradab” bila lelaki tersebut sedang benar-benar marah. Berasa diri dihargai, istimewa, tidak sama langsung dengan berasa diri selamat.

Tindak balas atau respon bila dia marah akan menentukan sebanyak mana anda rasa selamat berada di sampingnya dan tanpa pengetahuan anda tentang perkara ini, anda mungkin tidak akan mampu untuk mempercayainya seperti mana yang dia inginkan.

“Mampu Memimpin Saya”

Ini adalah satu lagi ciri lelaki idaman hampir setiap wanita. Lelaki yang mampu memimpin. Ramai wanita setuju kalau dikatakan suami adalah pemimpin dalam sebuah keluarga. Memimpin pula boleh dikatakan membawa isteri/pasangan ke arah jalan yang benar. Memandu pasangan supaya jadi seorang yang baik, berbudi pekerti, menjaga maruah pasangan/isteri, dan sebagainyalah.

Dari sudut lain, bila wanita menyatakan antara ciri lelaki idamannya ialah lelaki yang boleh memimpin dirinya, secara tidak langsung dia telah meletakkan kebahagiaannya di atas tangan orang lain. Bila dia mendapat pasangan/bf/suami, maka dengan harapan yang tinggi menggunung semoga lelaki idamannya itu akan menjadi penunjuk arah dalam hidup dan pelindung dirinya.

Dalam dunia hari ini, banyak perkara tak diduga berlaku. Setelah menjadi pasangan, wanita didera, dihina, dan “dipimpin ke arah yang benar” oleh pasangannya – dari menutup aurat kepada membuka aurat, dari dilindungi maruah kepada dicabul maruah, dan sebagainya.

Soal pokok dan utama di sini, anda sebagai wanita perlu menjadi pemimpin kepada “diri anda sendiri” sebelum membenarkan pasangan/suami memimpin anda. Menjadi pemimpin kepada diri anda sendiri terlebih dahulu membolehkan anda menjadi seorang wanita yang kuat dan jitu semangat, jiwa dan raga sekaligus membuatkan pasangan anda kagum dan bangga memiliki anda sebagai pasangan.
Pastikan bukan si dia seorang sahaja yang memimpin anda, kerana perhubungan yang sentiasa indah dan cinta sejati adalah berkonsepkan kedua pasangan sentiasa beriringan dalam memimpin di antara satu sama lain.

Apa Itu Kesetiaan Cinta

Ketika kita sedang dilanda asmara…entah pria atau wanita.. Yang ada d mata hanya kekasih seorang…
Entah dia pacar , teman hidup atau pujaan rahasia kita.. (entah kita miliki atau tidak) rasa di dalam dada hanya ada dia…
Walaupun kita dihadapkan banyak seseorang yang mungkin lebih tampan , cantik, baik, sholeh, sholehah atau apapun yang lebih baik dari kekasih hati..tetap saja tidak ada pilihan…hanya kekasih hati yang menjadi pilihan, meskipun kita tak akan pernah termiliki….
———————————————————————-
tidak pernah terbesit di dalam benak seraut wajahpun selain kekasih, hanya kekasih yang ingin anda ajak tertawa dan menangis, hanya pada kekasih…anda ingin memberikan yang terbaik yg bisa anda berikan.Bukan dia yang anda sebut adik atau kakak (angkat), atau teman curhat…
—————————————————-
demikian teguhlah kekuatan hati seseorang yang sungguh-sungguh jatuh cinta…
(jika anda tidak demikian,tanyalah pada diri sendiri…apakah anda (masih) mencintai  dia (yang anda sebut kekasih hati-red).
———————————
Kesetian dalam romantisme dan drama cinta, tidak hanya berlaku pada 2 orang yang saling mencintai (pacar atau rumah tangga) tapi berlaku dan berhak dimiliki oleh siapapun yang sedang merasakan jatuh cinta.
Dengan sendirinya rasa setia itu muncul (rasa tak ingin berpaling) seiring cinta itu tumbuh, kesetiaan adalah tulus adanya…bukan sebuah tuntuttan dalam berhubungan atau bumbu cinta dalam berhubungan.
kesetiaan sebagai indikator rasa cinta, bukan cinta dulu baru sepakat setia atau setia dulu baru sepakat cinta…
—————————
jika dalam hubungan itu ada salah satu yang sedikit berpaling…
anda atau dia tidak harus marah, jika kurang (tidak) setia. Karena itu bukan tuntuttan, kesetiaan bukan tuntuttan dalam berhubungan…kesetiaan bukan kesepakatan 2 org atau paksaan…
bertanyalah dalam hati??? buka mata, buka telinga…lapangkan dada…apakah anda masih mencintainya atau dia masih mencintai anda????
==========================================

sadarilah bahwa cinta dunia adalah fana dan jodoh adalah rahasia ilahi
jangan paksakan diri lagi…
++++++++++++++++++++++BERDOALAH PADA YANG MAHA PEMBERI, Jika dia adalah yang terbaik maka dekatkanlah kami,,,jika dia bukan yang terbaik maka jauhkanlah kami…
sesungguhnya semua yang terjadi adalah RencanaMu di dalam hikmah yang dalam,
meski aku harus melaluinya dengan tawa dan air mata.


Sabtu, 23 April 2011

Wanita dan Celana Pendek*******ANTARA MODE DAN NORMA


Bukan bermaksud untuk melecehkan, tp ini memang kenyataan kalau kebanyakan dari wanita jaman sekarang senang menggunakan celana pendek(diatas dengkul). Kebanyakan dari mereka adalah ABG berumur 14 sampai 22 tahun. Ini terbukti dengan banyaknya wanita dengan busana seperti itu yg dapat dilihat disekitar kita. Dampak media, terutama media TV begitu besar membius mental anak-anak negeri. Artis-artis yang otaknya pindah ke dengkul atau yang sudah tak berotak sekalipun dengan senang hati menghancurkan bangsa sendiri. Entah sadar atau tidak, apa yang mereka lakukan akan diitiru bagi siapa saja yang melihatnya, terutama ABG-ABG Indonesia yang notabene masih dalam tahap pencarian jati diri.

Lihatlah, makin ramai saja anak-anak SMA ataupun yang masih SMP yang bercelana pendek keluar rumah(sory ya fotonya gw pajang disini, hahah). Dahulu mereka risih, namun diajarin sama TV lewat seleb-seleb yang ‘edun’ itu bahwa celana pendek itu wajar dipakai cewe-cewe buat hang out. Dan akhirnya para remaja mencoba untuk mengikuti gaya mereka. Mereka pun nggak sempet mikir, berlenggak-lenggok tak berdosa di depan kamera dan mempublikasikannya lewat internet seperti facebook. Tanpa sadar sembilan dari sepuluh remaja sudah dia jerumuskan. Baju-baju ketat dianggap sudah biasa, tak pakai baju rangkap hingga nampak beha juga sudah dianggap lumrah, nampak pinggu hingga kelihatan kolornya dianggap biasa aja. Bersolek, nongkrong, wara-wiri pakai matik mamerin paha yang belang-belang bekas cacar air, sampai pakai aksesoris yang aneh-aneh.


Walaupun begitu hal ini tidak mudah untuk merubah penampilan mereka, seperti pernyataan dari teman saya, sebut saja namanya rani "emang sih awalnya gue rada malu tapi karna banyak temen gue yg pke, jd biasa deh. Lagian lebih nyaman aja klo pake celana pendek, jadi ya santai aja", katanya waktu waktu gw tanya-tanya soal celana pendeknya hehe. Kondisi masyarakat memang semakin menyedihkan. Rasa malu itu sudah hilang dari hati umat manusia. Justru sebaliknya pornografi berkembang pesat. Berbagai media senantiasa memberitakan munculnya tindak asusila yang dilakukan oleh para pelajar yang masih berusia belasan tahun.

Dan parahnya, orang tua mereka kebanyakan justru bangga kalau anak perempuannya gaul, banyak teman, punya cowok, pakai baju-baju keren. Mereka justru malu jika anak perempuan mereka menutup tubuh, pakai jilbab diibilang ninja, banyak berdiam di rumah dibilang kuper, atau jika anaknya tetap jomblo tak punya pacar. Orang yang memiliki peduli terhadap norma tentu merasa sedih dengan fenomena ini. Yang dinamakan busana muslim pun tak lepas dari penyakit membuka aurat. Bisa jadi kerudung dibalutkan di kepala, atau sangat tipis sehingga tetap menampakkan kulit dan rambutnya. Kerusakan ini sangat mungkin masih akan terus berkembang semakin parah. Jika kita renungkan sabda Rasulullah yang tersebut di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah ra:

“Dua orang dari penghuni neraka yang belum aku pernah melihatnya, seorang kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi dengannya mereka memukuli manusia dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan berlenggok-lenggok, kepala mereka laksana punuk onta miring yang tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapat baunya. Dan sesungguhnya aromanya bisa didapat dari jarak sekian sampai sekian.” (HR Muslim)

BARON & JHONI Cita-Cita Ingin Menjadi Hakim



HUMOR.....

Dua orang sahabat Baron dan Joni baru lulus dari SMU, mereka mempunyai rencana melanjutkan ke perguruan tinggi.

Baron : "Jon, kamu nanti ngambil fakultas apa?"

Joni : "Rencananya sich aku mau ngambil fakultas hukum."

Baron : "Wah, kamu mau jadi pengacara ya?"

Joni : "Enggak ah, aku kan pengen cepet kaya!"

Baron : "Memangnya kamu mau jadi apa dong?"

Joni : "Aku mau jadi HAKIM saja!"

Baron : "Memangnya jadi HAKIM bisa lebih cepet kaya..?"

Joni : "Jelas dong, HAKIM kan yang ngambil keputusan di pengadilan..."

Baron : "Terus, apa hubungannya..?"

Joni : "Ya, sesuai dengan namanya saja. HAKIM, Hubungi Aku Kalau Ingin Menang!"

Baron : "???????"

Jumat, 22 April 2011

JAGA SILATURAHMI WALAU LEWAT TELPON


"Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasul pada para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR Bukhari Muslim)

--- ------ ---

Ini nih rasanya yang agak sulit dilakukan belakangan ini...menjaga silaturahmi..terutama dengan orang tua.


Kapan terakhirkali aku ketemu masa mama?
mungkin sekitar 3 bulan yang lalu....
kapan terakhir ketemu sama mertua?
kira2 dua bulan yang lalu..entahlah aku pun lupa..
Aku bisa ketemu sama mereka itu pun karena mereka yang mau repot-repot berkunjung kesini. Padahal sudah seharusnya sebagai anak, aku dan Daddy yang mendatangi mereka.....


Aku memang kadang terlalu cuek, bahkan menelpon pun jarang sekali. Baru belakangan ini aku menyadarinya. Tadinya ku pikir aku ingin menjadi sangat mandiri tak merepotkan, tak manja, tak merengek-rengek sama mama soal ini itu...tapi jadinya aku malah terlalu jauh dengan mereka..entahlah...kuharap dunia tidak terlalu lama memalingkanku dari kewajibanku untuk menjalin silaturahmi dengan orang tuaku, baik dengan mertua maupun dengan ibu bapakku...

Mamaku tinggal di Sukabumi, mertuaku di Karawang..aku sendiri di Bandung..tapi tidak seharusnya jarak dijadikan alasan untuk tidak peduli. Setidaknya menyapa lewat telpon...menanyakan kabar atau apapun yang akan membuat kasih sayang antara aku sebagai anak dan orang tua terus terjaga. Alhmdullilah sekarang aku mulai menyadarinya...dan bertekad untuk berubah...

Sebenarnya mamaku tidak terlalu crewet kalau aku lupa menelpon atau pun jarang mudik, tapi mertuaku sebaliknya. Ibu mertuaku suka ngomel-ngomel kalo aku lupa menelpon. Tapi memang, mertuaku jauh lebih perhatian soal ini itu...

Betapapun rumitnya hubunganku dengan ibu mertuaku, tapi banyak sekali hal yang bahkan tak pernah terlintas dalam pikiranku.


Dulu ketika aku masih tinggal dengan mereka, pagi2 ibu mertuaku yang menyiapkan sarapan untukku. Saat aku melahirkan, cuma ibu mertuaku dan Daddy yang menungguiku, bahkan mamaku sendiri tak tau kalo aku sedang di Rumah sakit. Ibu mertuaku juga yang menyuapiku saat aku masih terbaring lemah, menucucikan darah nifasku, memakaikan pakaian ku dan yang menungguiku tidur sampai 40 hari pasca persalilanku...

Luar biasa... padahal semua itu dulu tak pernah terbayangkan sebelumnya. Karena kehadiranku di tengah keluarga Daddy, bukanlah seseorang yang diharapkan...tapi begitulah Alloh mengaturnya. Karena hanya Dia yang membolak balikan hati hamba-Nya. Tak ada yang
tak mungkin dengan kekuatan doa..

Lalu bagaimana dengan ibuku? sepertinya tak perlu diungkapkan lagi bagaimana peranan seorang ibu...tak aka ada pernah ada ruang yang cukup untuk menuliskannya...
Tapi apa balasanku, sebagai anaknya...? jangankan berkunjung, menelpon pun enggan rasanya....

Pokoknya mulai sekarang, harus berubah...harus bisa menjaga silaturahmi dengan mereka. Karena tak pernah ada yang tau kapan maut memisahkan...mungkin besok, mungkin lusa...selagi masih ada kesempatan...segera bergegas meminta maaf, atas segala khilaf...dan kembali merajut tali silaturahmi yang sempat renggang karena sibuknya mengejar dunia.

WANITA SEJATI


Wanita Sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya,

tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya.

Wanita Sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona,

tetapi dilihat dari sejauh mana Ia menutupi bentuk tubuhnya.

Wanita Sejati bukanlah dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang diberikan,

tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan tersebut.

Wanita Sejati bukanlah dilihat dari keahliannya berbahasa,

tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara.

Wanita Sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian,

tetapi dilihat dari sejauh mana Ia berani mempertahankan kehormatannya

dengan berpakaian Muslimah.

Wanita Sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul,

tetapi dilihat dari sejauh mana Ia bisa menjaga kehormatannya dalam bergaul.

makan malam dipantai


Malam ini kita makan malam dipantai sebelah hotel.
Tadinya kita mau piknik dihalaman hotel tapi ternyata kagak boleh... ya ngertilah kita juga.
Ternyata disisi kiri kanan hotel emang luas banget lahan buat berpiknik atau BBQ. Banyak juga tetangga kita yang barengan BBQ atau piknik atau kemping disini.

Photobucket
Kebetulan sore ini keluarga Rizal juga dah nyampe Dibba jadi kita bisa kumpul semua makan malam dipantai.
Menu utamanya adalah sate ayam bawaan nya Ani lalu sate ayam gede dan BBQ steak bawaannya Ita dan balado ikan dan udang serta asinan buah bawaannya Cut.
Kalau bawaan daku makanan beratnya baru akan dimakan besok, yakni steak daging dengan saus peri2.

Photobucket
Tapi malam ini saya bikin martabak manis dan bawa salad dan wortel mini.
Malam besok bakalan ngeluarin siomay dan steaknya, maklum saya kan bawa elektrik cooler.

Ini penampilan electric coolernya, mereknya mobicool, bisa dingin terus selama perjalanan karena yang selain bisa dicolok dimobil biasanya ditempat lighter atau di mobil kami kebetulan soket tambahan jadi gak perlu dari lighter.
Lalu, dengan converter khusus bisa juga dicolok di soket listrik biasa dikamar hotel, jadi udah mirip ajah dengan bawa lemari es.
Malah ada yang jual freezcooler, yang bisa bikin es batu, tapi jangan tanya harganya, udah mirip dengan beli lemari es ajah.
( bisa diintip di: http://www.mobicool.com/)

PhotobucketSerius banget Ani ambil makanannya.... lihatnya ampe geli...
Malam ini saya hanya makan steak sepotong kecil, 2 tusuk sate buatan Ani dan Ita, martabak manis 1 potong kecil dan salad.
Gak nafsu juga makan beneran ternyata....
Padahal yang lain kayaknya semangat banget makannya....

Photobucket
Abis makan kita ngobrol2 ampe lumayan malam jam 11...
secara tadi pagi baru datang... tapi semangat deh ngobrolnya. Padahal pastinya badan juga capek seh.

Photobucket
Baru inget babak pertama bakar2an adalah sate dan babak terakhir baru steaknya Ita...
enak lho empuk.. gak sendal mode on...
Itu si mas Anto ketumpahan kecap astaga deh mas....
hahahaha...

Latihan Pengencangan Otot Lengan


Caranya sederhana. Hanya dengan menggunakan dua dumbell atau beban sudah dapat melatih kekuatan otot lengan. Latihan beban difokuskan pada otot bisep. Adapun gerakannya disebut hammer curl, yaitu gerakan seperti memegang palu. Buang napas saat bagian terberat dan tarik napas pada bagian teringan. Pada latihan ini yang akan terkena adalah otot full arm.

Yang dilakukan selanjutnya adalah gerakan yang disebut alternate dumbbell curl. Menurut Ade Rai, gerakan ini sangat baik untuk melatih otot bisep. Bagi yang sudah sering bisa berlatih sekitar 4-6 kali. Ade menyarankan agar dumbell yang dipergunakan disesuaikan dengan kekuatan. "Jadi jangan terlalu memaksakan," ujar dia.

Latihan lainnya adalah dengan concentration curl dengan posisi duduk. Latihan ini berkonsentrasi pada otot lengan sehingga yang terlatih adalah otot dalam dan otot luar. Anda pun bisa mendapatkan variasi latihan yang dikenal dengan nama twenty-one atau 21. Gerakannya mirip dengan alternate dumble curl, tapi lengan tidak ditekuk penuh melainkan setengah lengan dengan tujuh hitungan hingga berjumlah 21.(YNI)

Kamis, 21 April 2011

KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH


MERAJUT KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH

Oleh:

Ustadz Samsul Afandi, SS

Pertanyaan

1. Apa arti keluarga skinah itu?

Jawaban

Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan. Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari al Qur’an surat 30:21, litaskunu ilaiha, yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain.Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Pertanyaan

2. Apa arti mawaddah wa rahmah?

Jawaban

Di dalam keluarga sakinah itu pasti akan muncul mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.

Wa artinya dan.

Sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat, Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Pertanyaan

3. Apa ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu?

Jawaban

Ciri-ciri keluarga skinah mawaddah wa rahmah itu antara lain:

1. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi. Dalam hadis Nabi juga disebutkan bahwa: “ empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.”

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik jika saat keluar rumah istri atau suami tampil menarik agar dilihat orang banyak. Sedangkan giliran ada dirumah suami atau istri berpakaian seadanya, tidak menarik, awut-awutan, sehingga pasangannya tidak menaruh simpati sedikitpun padanya. Suami istri saling menjaga penampilan pada masing-masing pasangannya.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.

4. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak istri dan istri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak-banyaknya melalui ikatan rumah tangga. Suami menunaikan kewajiabannya sebagai suami karema mengharap ridha Allah. Dengan menjalankan kewajiban inilah suami berharap agar amalnya menjadi berpahala disisi Allah SWT. Sedangkan istri, menunaikan kewajiban sebagai istri seperti melayani suami, mendidik anak-anak, dan lain sebagainya juga berniat semata-mata karena Allah SWT. Kewajiban yang dilakukannya itu diyakini sebagai perinta Allah, tidak memandang karena cintanya kepada suami semata, tetapi di balik itu dia niat agar mendapatkan pahala di sisi Allah melalui pengorbanan dia dengan menjalankan kewajibannya sebagai istri.

5. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya.

6. Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rizki yang halal. Suami menjaga agar anak dan istrinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan kebutuhan dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rizki halal saja.

7. Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.

Pertanyaan

4. Bagaimana mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu?

Jawaban

Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:

1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SWT.

2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.

3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.

4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari hubungan yang dilaran Allah SWT

5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario siksa api neraka.

6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya.

7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens.

8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan.

9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.

10.Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah.

11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masing-masing anggota keluarga.

12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya. Wallahu A’lam

Secuil Tentang Tafwidl menurut Ulama Salaf BUKAN Salafy (wahhabi)


dari catatan facebook Kang As'ad (Santri Cilik)

قال أحمد بن نصر: سألت سفيان بن عيينة (198 هـ) قلت
"يا أبا محمد أريد أسألك"، قال : "لا تسأل"،

قلت: "إذا لم أسألك فمن أسأل"، قال: "سل."

قلت: "ما تقول في هذه الأحاديث التي رويت نحو : القلوب بين أصبعين، وأن الله يضحك أو يعجب ممن يذكره في الأسواق؟"

فقال: «أمروها كما جاءت بلا كيف» مراسيل أبي داود، باب صلاة التطوع؛ والصفات للدارقطني (ص71) سنده صحيح.



Ahmad bin Nashr berkata;

Saya berkata kepada Sufyan bin Uyainah, “wahai Abu Muhammad, saya ingin bertanya kepadamu”,

Beliau (Sufyan bin Uyyainah) menjawab; “Jangan bertanya padaku!!”.

Kemudian saya berkata; “ Jika tidak bertanya kepadamau, kepada siapa lagi saya harus bertanya??”.

Beliau (Sufyan bin Uyyainah) berkata; “Oke…kalo begitu bertanyalah”.

Saya berkata; “Apa pendapatmu tentang hadits-hadits yang telah diriwayatkan dari Nabi seperti; (القلوب بين أصبعين) dan (وأن الله يضحك أو يعجب ممن يذكره في الأسواق) ???”.

Beliau (Sufyan bin Uyyainah) menjawab; “Biarkanlah masalah hadits-hadits tersebut seperti apa adanya dengan tanpa bagaimana”. (mendiamkannya)

(Dari Kitab Marasil Abi Dawud Bab Shalat al-Tathawwu’ dan kitab Ash-Shifat oleh Imam Ad-Daruquthni hlm 71 dengan Sanad yang shahih).



وقال في رواية: «كل شيء وصف الله به نفسه في القرآن فقراءته تفسيره لا كيف ولا مثل » (كتاب الصفات للدارقطني (ص70)؛ شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة للالكائي (ج3 ص431(

Imam Sufyan bin Uyainah berkata dalam riwayat lain: “Setiap sifat apapun yang Allah telah mensifati pada Dzat-Nya sendiri dengan sifat tersebut di dalam al-Qur’an, maka cara membacanya adalah tafsirnya (tidak usah diterjemahkan) tanpa bagaimana dan tanpa perumpamaan”. (Kitab Ash-Shifat oleh Imam Ad-Daruquthni hlm 70 dan Syarh Ushul I’tiqad Ahl As-Sunnah wa Al-Jama’ah oleh syaikh Lalakai juz 4 hlm 431).



Biografi Sufyan bin Uyainah:

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah bin Maimun al-Hilali al-Kufi. Ia sempat bertemu dengan 87 tabi’in dan mendengar hadits dari 70 orang diantara mereka. Yang paling terkenal diantaranya adalah Ja’far ash-Shadiq, Humaid ath-Thawil, Abdullah bin Dinar, Abu az-Zinad dan Shalih bin Kaisan.

Murid-muridnya yang meriwayatkan hadits darinya antara lain: Al-A’masi, Mis’ar bin Kidam, Abdullah bin Mubarak, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, dan Ali bin Madini.

Pada tahun 163 H ia pindah dari Kufah ke Makkah, ia menetap di kota ini mengajar hadits dan al-Quran kepada orang orang Hijaz sampai dengan wafatnya.

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata mengenai dirinya: “Dia (sufyan bin Uyainah) seorang yang Tsiqah, Hafidz, dan seorang yang ahli fiqh, boleh jadi dia melakukan Tadlis tetapi dari orang-orang yang terpercaya”.

Beliau meriwayatkan hadits sekitar 7.000 hadits, Imam Syafi’I memberikan kesaksian atas keilmuannya: “Andaikata tidak ada Malik dan Ibnu Uyainah, niscaya hilang ilmu Hijaz”.

Beliau wafat pada tahun 198 H di Makkah dalam usia 91 tahun.

Lihat Tadzikirat al-Huffad karya Adz Dzahabi 1/242 dan al-I’tidal karya adz Dzahabi 1/379



Peringatan Ulama’berkaitan dengan ayat-ayat Mutasyabihat.



يقول السبكي رحمه الله تعالى في "طبقات الشافعية الكبرى" (5/191-192(

" والقول بالإمرار مع اعتقاد التنزيه هو المعزو إلى السلف ... إنما المصيبة الكبرى والداهية الدهياء الإيراد على الظاهر، والاعتقاد أنه المراد، وأنه يستحيل على الباري، فذلك قول المجسمة عُبّاد الوثَن، الذين في قلوبهم زَيْغ يحملهم الزيغُ على اتباع المتشابه، وابتغاء الفتنة، عليهم لعائن الله تترى، واحدة بعد أخرى، وما أجرأهم على الكذب، وأقلَّ فهمهم للحقائق"اهـ



Imam As-Subki rahimahullah berkata dalam kitab Thobaqot Asy-Syafi’iyyah al-Kubra juz 5 hlm 191-192:

Pernyataan tentang pemberlakuan apa adanya disertai dengan I’tiqad Tanzih (penyucian dalam hati) itu adalah pernyataan yang dinisbahkan kepada Salaf…tetapi termasuk Musibah dan balak yang besar adalah memaknai (ayat mutasyabihat) dengan sesuai dzohirnya dan meyakini itulah pengertiannya (makna dari ayat mutasyabihat). Sungguh makna dzohir tersebut adalah mustahil atas Dzat Pencipta, pernyataan itu (sesuai dzohirnya) adalah pernyataan kaum Mujassimah penyembah berhala, yang dihatinya ada kecondongan pada kesesatan dengan mengikuti ayat mutasyabihat dan mengharapkan fitnah….semoga laknat Allah menimpa mereka satu demi satu. Apa yang mereka berlakukan adalah bersandar pada kebohongan dan sempitnya pemahaman atas hakekat.





ويقول ابن حجر العسقلاني رحمه الله تعالى في "فتح الباري" (13/432

"فمن أجرى الكلام على ظاهره أفضى به الأمر إلى التجسيم ومن لم يتضح له وعلم أن الله منزهٌ عن الذي يقتضيه ظاهرها إما أن يُكَذِّب نقلتها وإما أن يُؤَوِّلها" اهـ

Imam Ibnu Hajar al-Asqolani berkata dalam Fath al-Bari juz 13 hlm 432:

Barangsiapa yang memberlakukan ayat-ayat mutasyabihat sesuai dengan dzohirnya, maka akan mengarah pada penjisiman. Dan barangsiapa yang tidak mengerti terhadap ayat-ayat mutasyabihat dan mengetahui bahwasanya Allah Suci dari makna dzohirnya (ayat2 mutasyabihat), adakalanya orang tersebut tertipu dengan riwayat yang dia nukil dan adakalanya karena dia suka mentakwilnya (dengan tanpa ilmu).





ويقول الشهرستاني رحمه الله تعالى في "الملل والنحل" (ص92

" ثم إن جماعة من المتأخرين زادوا على ما قاله السلف فقالوا : لابد من إجرائها على ظاهرها ، فوقعوا في التشبيه الصرف وذلك على خلاف ما اعتقد السلف " اهـ

Imam Asy-Syahrastani rahimahullah berkata dalam kitab al-Milal wa an-Nihal hlm 92:

Kemudian golongan yang datang kemudian menambahi atas apa yang telah disampaikan oleh Ulama salaf (tetang tafwidl), mereka mengatkan: “ayat-ayat mutasyabihat harus diberlakukan atas makna dzohirnya”.

Maka dengan sebab penambahan tersebut, mereka telah terperosok pada Tasybih (penyerupaan), dan hal itulah yang telah menyelisihi pemahaman Ulama’ Salaf.



قال الكوثري رحمه الله تعالى :بعد كلام على ( الظاهر

"وقد يطلق الظاهر بمعنى المستفيض المشهور , وهو مراد من يقول من أهل السنة [ بإجراء أخبار الصفات على ظاهرها ] حيث يريد إجراء اللفظ المستفيض عن النبي صلى الله عليه وسلم في صفات الله على اللسان .. وهذا المعنى هو المراد في قول الفقهاء [ هذا ظاهر الرواية ] يعنون أنه المروي عن صاحب المذهب بطريق الاستفاضة والشهرة " تعليق على "السيف الصقيل" (ص/156)



Al-Allamah al-Kautsari rahimahullah dalam Ta’liqnya atas kitab As-Saif Ash-Shaqil

Pemuthlakan (tidak diperinci) atas dzohir lafadz terkadang yang dimaksudkan adalah Tafwidl (penyerahan makna kepada Allah) yang sudah masyhur, ini adalah maksud ucapan seseoarang dari kalangan Ahli Sunnah wa al-Jama’ah yaitu {Memberlakukan khabar2 yang berkaitan tentang Shifat-shifat Allah atas dzohirnya}, yang dimaksudkan adalah pemberlakuan atas redaksi yang diserahkan maknanya pada Allah Ta’ala yang berasal dari Nabi atas lisan saja....dan inilah makna yang dimaksudkan oleh Fuqaha’ dengan istilah Dzohir ar-Riwayah. Maksudnya, Fuqaha mengakui bahwa redaksi ini adalah benar diriwayatkan dari sang pemilik jalan (Nabi) yang diberlakukan dengan cara diserahkan maknanya pada Allah yang sudah masyhur (dalam kalangan Salaf).

Doa Seorang Ayah



Ya Rabb,
yang menggenggam jiwa-jiwa setiap makhluk yang hidup...

Jadikanlah kami orang tua yang dapat dibanggakan oleh Engkau dihari akhir
Jadikan kami ayah yang selalu dikenang anak-anaknya sebagaimana kami mengenang Lukman
mengenang Ibrahim AS dan
mengenang baginda Rasulullah SAW

Berikanlah kami kekuatan agar mampu mendidik anak-anak kami
menjadi anak yang sholeh
anak yang melindungi agamanya
membela kaum yang terdhalimi
dan dapat menolong kedua orang tuanya
di hari penghitungan

Jauhkanlah ia dari kegelapan
Dekatanlah ia senantiasa kepada cahaya
Cahaya dari-Mu
Ya, RAbbi...

Ya Allah,
kuatkanlah bahu ini
kokohkanlah punggung ini
agar kami dapat menahan beban dan amanah
sebagai seorang ayah
sebagaimana ayah-ayah terdahulu yang menjadi teladan bagi kami

Hanya kepada-Mu lah kami berharap
dan memohon perlindungan
amin